Selepas melaksanakan sholat Isya, beberapa santri terlihat duduk melingkar mendengarkan tausiyah dari seorang ustadz. Ditemani pendar lampu penerangan, para santri terlihat khusyuk larut dalam kajian yang tengah berlangsung.
Pesantren Tasawuf Underground adalah nama tempat para santri yang tengah belajar agama tersebut. Terletak di sebuah ruko di Jalan RE Martadinata, Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, tempat itu menjadi sejarah tersendiri dalam perubahan mentalitas sejumlah anak punk dan jalanan.
Puluhan santri yang mondok di Pesantren Tasawuf Underground memiliki latar belakang hidup di jalanan. Mereka saling menguatkan untuk istiqomah di jalan Allah menahan semua godaan untuk kembali ke jalanan.
Bukan suatu hal yang mudah, namun secara perlahan mentalitas mereka berubah menjadi pribadi yang memiliki tujuan hidup baik secara spiritual maupun sosial.
Seorang santri, Ozy (29), menuturkan, ia memutuskan untuk mondok di Pesantren Tasawuf Underground pada tahun 2023, setelah temannya lebih dulu terketuk hatinya untuk memperdalam ilmu agama di pondok tersebut.
Asam garam kehidupan jalanan di Jakarta sudah ia lahap puluhan tahun. Hingar bingar gemerlap dunia malam, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, menghampiri ajal tiap petang, hingga keluar masuk panti sosial pernah dilaluinya.
Perjalanan panjang ini yang membuat batinnya berkecamuk. Beruntungnya Ozy menemukan peta jalan pulang ke pondok Tasawuf, menyerahkan semua nyalinya dijalan Allah.
"Awal saya niat belajar agama itu karena saya ngerasa udah capek hidup mau ngapain lagi, semua kesenangan dunia sudah pernah saya rasakan, tapi justru membuat saya semakin berantakan, akhirnya saya balik dan memilih mempelajari agama, saat ini perasaan hati saya jauh lebih tenang", ujar Ozy kepada Republika.id beberapa waktu lalu.
Pesantren Tasawuf Undergrond baginya adalah rumah sekaligus bengkelnya akhlak bagi para anak jalanan. Dibawah pimpinan Ustadz Halim Ambiya, mereka digembleng tentang ilmu agama, pendidikan, juga keterampilan.
Mereka dituntun meniti langkah mengikuti ‘peta jalan pulang’. Yakni jalan pulang kepada Allah berupa pendidikan rohani, juga jalan pulang kepada keluarga berupa pemberdayaan ekonomi dan sosial.
"Mondok disini juga bisa sambil kerja, dikasih peluang untuk berwirausaha atau bekerja, karena saya basic-nya bisa nyablon, jadi saya bisa menjual jasa sablon di pondok ini, teman-teman yang lain ada yang jaga cafe, nyuci mobil di steam, ada juga yang kuliah", tutup Ozy.
top